fost-nepal.org – Industri otomotif saat ini sedang mengalami pergeseran signifikan menuju kendaraan yang sepenuhnya dapat diperbarui melalui perangkat lunak. Para pelaku industri, seperti Xavier Martinet dari Hyundai Eropa, menyatakan bahwa mobil yang didefinisikan oleh perangkat lunak adalah perubahan besar yang tengah digarap. Sementara itu, Tesla dikritik sebagai produsen yang enggan beralih, masih terkungkung dalam kewajiban memperbarui produk fisik meskipun potensi laba dari perangkat lunak tetap terasa menggiurkan.
Merek-merek otomotif saat ini sedang berupaya menunjukkan kemampuan mereka dalam menjual peningkatan digital, meski sejarah menunjukkan bahwa mereka lebih mahir menjual opsi fisik seperti jok kulit. Sebuah survei oleh S&P Global mengungkapkan bahwa minat konsumen terhadap layanan berlangganan mulai menurun, dari 86 persen pada tahun 2024 menjadi 68 persen pada 2025, menunjukkan bahwa strategi monetisasi digital mungkin tidak selalu disambut baik.
Walau menghadapi tantangan, Volkswagen baru-baru ini meluncurkan layanan berlangganan bulanan untuk meningkatkan daya mobil listriknya, mengikuti jejak Mercedes-Benz. Kesuksesan dalam penjualan perangkat lunak ini menjadi krusial, dengan sedikit pelaku industri yang dapat merumuskan apa yang sebenarnya bernilai bagi konsumen di masa depan.
Perusahaan otomotif kini menyadari perlunya meningkatkan strategi mereka, tidak mengulangi kesalahan masa lalu yang memungkinkan perusahaan lain mendapatkan keuntungan dari layanan terkait produk inti mereka. Hyundai memilih untuk berfokus pada penjualan berlangganan, meskipun itu kadang-kadang merugikan secara keseluruhan, demi merebut kembali pangsa pasar yang hilang.
Ford, di sisi lain, memiliki rencana yang lebih jelas untuk dekade mendatang, terutama dengan mengincar pelanggan bisnis. Mereka yakin bahwa pengguna kendaraan untuk keperluan bisnis akan lebih menerima layanan berlangganan demi efisiensi, dan saat ini, Ford mengklaim telah mencapai hampir satu juta langganan untuk perangkat lunak ‘Pro’-nya.