fost-nepal.org – Dalam beberapa tahun terakhir, energi fusi telah menjadi salah satu topik yang menarik perhatian investor, beralih dari sekadar lelucon menjadi teknologi yang semakin nyata dan menjanjikan. Energi fusi memiliki potensi untuk memanfaatkan reaksi nuklir yang memicu matahari guna menghasilkan energi hampir tak terbatas di Bumi. Jika startup berhasil mengembangkan pembangkit listrik fusi yang layak secara komersial, mereka dapat mengubah pasar bernilai triliunan dolar.
Industri ini dipacu oleh penemuan tiga teknologi kunci: chip komputer yang lebih kuat, kecerdasan buatan yang lebih canggih, dan magnet superkonduktor suhu tinggi yang berdaya. Penemuan ini telah meningkatkan desain reaktor dan simulasi, serta memungkinkan pengendalian yang lebih kompleks.
Pada akhir 2022, sebuah laboratorium dari Departemen Energi AS berhasil menciptakan reaksi fusi terkontrol yang menghasilkan lebih banyak energi daripada yang diberikan oleh laser ke pelat bahan bakar. Meskipun masih jauh dari tahap komersial, pencapaian ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam bidang ilmu fusi.
Salah satu perusahaan terkemuka, Commonwealth Fusion Systems (CFS), telah menghimpun sekitar satu pertiga dana investasi swasta dalam bidang fusi dan baru-baru ini berhasil mengumpulkan 863 juta dolar AS, menjadikan total investasi mereka hampir mencapai 3 miliar dolar AS. Kini, CFS sedang membangun reaktor pertama mereka di Massachusetts yang diharapkan dapat beroperasi pada akhir 2026 atau awal 2027.
Startup lain, seperti TAE Technologies dan Helion, juga mencatat kemajuan signifikan dalam teknologi fusi. TAE memanfaatkan konfigurasi medan terbalik untuk meningkatkan stabilitas plasma, sementara Helion menargetkan memproduksi listrik pada 2028, dengan Microsoft sebagai pelanggan pertama mereka. Inovasi dalam energi fusi dapat menjadi langkah besar menuju sumber energi yang berkelanjutan dan tidak terbatas.