fost-nepal.org – Teknologi eSIM telah ada selama sepuluh tahun, namun adopsi globalnya masih tergolong rendah, dengan hanya sekitar 3% pengguna pada tahun lalu dan diperkirakan akan meningkat menjadi lebih dari 5% tahun ini. Meskipun angka ini tampak minim, banyak analis dan penyedia startup eSIM optimis terhadap pertumbuhan pesat teknologi ini, terutama di sektor perjalanan.
Keberhasilan eSIM sangat dipengaruhi oleh peluncuran perangkat yang kompatibel. Merek ponsel mulai meluncurkan model dengan fitur eSIM sejak 2017. Apple menjadi salah satu yang terdepan dengan mengeluarkan iPhone 14 yang hanya menggunakan eSIM di pasar AS, diikuti peluncuran ponsel eSIM-only lainnya oleh Google. Data menunjukkan bahwa penetrasi smartphone eSIM hanya mencapai 23% di 2024, dengan AS sebagai pasar paling dominan.
Bulan ini, operator telekomunikasi di China mulai menawarkan dukungan eSIM. Para analis memperkirakan bahwa produsen lokal seperti Huawei dan Xiaomi akan meluncurkan lebih banyak perangkat dengan dukungan eSIM. Hal ini diharapkan dapat memperluas penggunaan eSIM di pasar yang sensitif secara ekonomi, seperti Asia dan Afrika.
Dalam konteks perjalanan, eSIM menawarkan kemudahan dan keamanan bagi pengguna. Sebuah survei dari GSMA menunjukkan bahwa 51% pengguna eSIM memanfaatkan teknologi ini saat berpergian. Perusahaan penyedia layanan eSIM, seperti AirAlo dan Holafly, mengalami pertumbuhan pesat berkat kebutuhan traveler akan konektivitas ini. Banyak pengguna yang mencoba eSIM untuk pertama kalinya saat bepergian dan memilih untuk beralih kembali ke eSIM setelah pulang.
Meskipun ada tantangan dalam adopsi, seperti kurangnya pemahaman tentang eSIM di kalangan konsumen, perhatian terhadap edukasi dan kemudahan proses pembelian eSIM diharapkan dapat mendorong penetrasi lebih lanjut di pasar global.