fost-nepal.org – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pengembang perangkat lunak menghabiskan sebagian besar waktu mereka bukan untuk menulis kode. Hasil studi menemukan bahwa hanya sekitar 16% dari jam kerja mereka yang diisi dengan pengkodean, sementara sisanya terisi oleh berbagai tugas operasional dan dukungan. Dengan semakin meningkatnya tekanan untuk meningkatkan produktivitas, muncul pertanyaan bagaimana sisa waktu yang 84% dapat dioptimalkan.
Salah satu masalah utama produktivitas pengembang adalah peralihan konteks, yaitu frekuensi berpindah antara berbagai alat dan platform untuk membangun dan mengirim perangkat lunak. Sebuah studi dari Harvard Business Review mencatat bahwa pekerja digital rata-rata beralih antara aplikasi dan situs web hampir 1.200 kali sehari. Penelitian menunjukkan bahwa diperlukan waktu sekitar 23 menit untuk kembali fokus setelah satu gangguan, yang dapat menghambat kemajuan proyek.
Dalam konteks ini, Model Context Protocol (MCP) yang baru-baru ini diluncurkan oleh Anthropic pada November 2024 bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut. MCP adalah standar terbuka yang memungkinkan integrasi antara sistem AI dan alat eksternal. Popularitasnya meningkat pesat, dengan laporan adanya peningkatan 500% penggunaan server MCP dalam enam bulan terakhir.
Salah satu aplikasi signifikan dari MCP adalah kemampuannya untuk menghubungkan asisten pengkodean berbasis AI langsung dengan alat yang digunakan sehari-hari oleh pengembang, sehingga mengurangi peralihan konteks. Dengan adanya inovasi ini, proses pengembangan fitur dapat dilakukan lebih efisien tanpa harus berpindah antara beberapa tab.
Meskipun MCP menawarkan potensi besar, masih ada tantangan yang harus dihadapi, termasuk masalah keamanan dan pengaturan izin yang belum sepenuhnya berkembang. Para ahli mendorong pentingnya memantau bagaimana pengembang menghabiskan waktu mereka, agar produktivitas dapat ditingkatkan.