fost-nepal.org – Sebuah insiden serius terjadi pada pesawat Delta Air Lines dengan nomor penerbangan 56 yang menghubungkan Salt Lake City ke Amsterdam. Pada akhir Juli 2025, pesawat yang mengangkut 275 penumpang dan 13 awak tersebut terpaksa melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Minneapolis-St. Paul, Amerika Serikat, akibat mengalami turbulensi parah yang mengakibatkan 25 orang mengalami cedera.
Maskapai Delta menyatakan, mereka segera berupaya memenuhi kebutuhan mendesak para penumpang setelah kejadian tersebut. Hal ini disampaikan dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Kamis, 31 Juli 2025. Data dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) mencatat, sejak 2009 telah terjadi 207 kasus cedera parah akibat turbulensi di Amerika Serikat. Diperkirakan terjadi sekitar 5.000 insiden turbulensi parah setiap tahun dari total 35 juta penerbangan secara global.
Salah satu rute penerbangan yang tercatat memiliki tingkat turbulensi tinggi adalah Mendoza, Argentina menuju Santiago, Chili, yang mencatat rata-rata eddy dissipation rate (EDR) sebesar 24.684 pada tahun 2024. Rute ini menjadi salah satu yang paling diwaspadai oleh pilot dan awak pesawat karena tingginya kemungkinan turbulensi. EDR adalah metrik penting dalam meteorologi yang digunakan untuk mengukur intensitas turbulensi di atmosfer.
Howard Diamond, Direktur Divisi Ilmu Atmosfer di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), menjelaskan bahwa turbulensi udara bersih meningkat 55 persen dalam empat dekade terakhir, diperkirakan tren ini akan berlanjut. Perubahan iklim dianggap sebagai salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap peningkatan frekuensi turbulensi. Selain itu, Diamond optimis bahwa kondisi turbulensi pada tahun 2025 akan serupa dengan yang terjadi pada tahun sebelumnya.