fost-nepal.org – Walmart Inc. menghadapi tantangan keamanan siber yang kompleks di tengah meningkatnya otonomi kecerdasan buatan (AI). Jerry R. Geisler III, Wakil Presiden Eksekutif dan Chief Information Security Officer Walmart, menjelaskan bahwa perusahaan perlu membangun kontrol keamanan yang kuat dan proaktif untuk menghadapi ancaman baru yang muncul seiring dengan adopsi AI yang lebih luas.
Geisler mengungkapkan bahwa tantangan keamanan yang dihadapi mencakup pencurian data, penyalahgunaan API otonom, dan kolusi antar agen yang dapat mengganggu operasional perusahaan. Untuk mengatasi masalah ini, Walmart mengembangkan sistem Manajemen Sikap Keamanan AI (AI-SPM) yang memastikan pemantauan risiko secara berkelanjutan dan kepatuhan terhadap regulasi.
Penerapan arsitektur Zero Trust menjadi fokus utama dalam manajemen identitas dan pengendalian akses, menjamin kebijakan akses yang konsisten di seluruh lingkungan cloud dan on-premises. Geisler menekankan pentingnya pendekatan berbasis identitas yang mendukung keputusan akses berdasarkan sensitivitas data dan risiko yang dinamis.
Di era di mana ancaman phishing semakin canggih, Walmart juga menerapkan model pembelajaran mesin untuk mendeteksi perilaku yang mencurigakan dan potensi phishing. Dengan memanfaatkan teknologi AI untuk simulasi serangan, perusahaan berupaya memperkuat ketahanan sistem keamanan mereka.
Selain itu, Walmart berkomitmen untuk meningkatkan kemampuan ketenagakerjaan dalam bidang keamanan siber melalui program pendidikan yang terjangkau untuk karyawan. Geisler menyoroti pentingnya pengembangan keterampilan nyata yang siap pakai untuk mendukung kebutuhan keamanan informasi di perusahaan.
Dengan pendekatan strategis yang terintegrasi dan fokus pada innovasi aman, Walmart berusaha mempersiapkan diri menghadapi lanskap ancaman yang terus berkembang.