fost-nepal.org – CEO Microsoft, Satya Nadella, baru-baru ini menyampaikan kekhawatirannya mengenai perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang dianggapnya dapat mengancam relevansi beberapa bisnis perusahaan. Dalam sebuah rapat umum tertutup yang diadakan pekan lalu, Nadella mengungkapkan bahwa ia merasa “dihantui” oleh sejarah Digital Equipment Corporation, sebuah perusahaan yang pernah berjaya sebelum akhirnya runtuh karena gagal beradaptasi dengan perubahan teknologi.
Microsoft, sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di Amerika Serikat, telah melakukan investasi besar-besaran dalam pengembangan AI, termasuk kemitraan strategis dengan OpenAI. Perusahaan ini telah memasukkan teknologi generatif ke dalam produk-produk seperti Windows, Office, dan Azure. Namun, langkah radikal ini juga disertai dengan pemangkasan lebih dari 15.000 pekerjaan pada tahun ini, menimbulkan kecemasan di kalangan staf mengenai kemungkinan pemecatan dan penggantian oleh teknologi baru.
Nadella menyatakan bahwa risiko kehilangan dominasi pasar sangat nyata, dengan mengatakan, “Beberapa bisnis terbesar yang telah kami bangun mungkin tidak lagi relevan di masa mendatang.” Ia mencatat bahwa beberapa individu yang berkontribusi pada pengembangan Windows NT, sistem operasi yang memperkuat posisi Microsoft, berasal dari perusahaan DEC yang kini sudah tidak ada.
Staf di Microsoft melaporkan adanya perubahan budaya yang signifikan di perusahaan, ditandai dengan rasa kekhawatiran yang meningkat seiring pergeseran fokus ke teknologi AI. Kekhawatiran ini mencerminkan tantangan yang dihadapi banyak perusahaan saat beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang cepat dan tidak terduga di era digital saat ini.