fost-nepal.org – Penggunaan tanda em dash (—) dalam tulisan semakin meningkat, terutama dalam tulisan yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI). Tanda ini, yang sering digunakan untuk menggantikan koma, titik dua, atau tanda kurung, menjadi favorit di kalangan AI dalam menyusun kalimat. Banyak penulis yang tidak menyadari bahwa ketika menggunakan alat berbasis AI, hasil tulisannya dapat dipenuhi dengan em dash yang berlebihan, sehingga mengubah gaya tulisan menjadi terlalu dramatis dan tidak alami.
Fenomena ini menjadi perhatian ketika seorang penulis merasa kalimatnya tidak mencerminkan suaranya yang autentik. Misalnya, tujuan penulis untuk sekadar memperbaiki kesalahan ketik bisa berubah menjadi tulisan yang berat dengan banyak jeda emosional yang tidak diinginkan. Akibatnya, penulis harus lebih teliti dalam mengedit hasil tulisan agar tetap mempertahankan keaslian suara mereka.
Untuk menghindari masalah ini, penulis disarankan untuk menulis draft pertama secara manual tanpa bantuan AI, lalu mempercayakan AI untuk memperbaiki tata bahasa dan alur. Setelah itu, penting untuk menghapus tanda em dash yang tidak perlu serta menambahkan sentuhan pribadi dalam tulisan. Dengan cara ini, pesan yang disampaikan akan terasa lebih manusiawi dan sesuai dengan karakter penulis.
AI, meskipun terkadang terjebak dalam pola penggunaan tanda baca yang berlebihan, tetap merupakan alat yang berguna dalam meningkatkan kualitas tulisan. Pengguna hanya perlu memastikan bahwa suara dan keaslian mereka tetap terjaga dalam setiap komunikasi. Dengan demikian, AI dapat menjadi teman dalam proses kreatif, bukan pengganti suara asli seorang penulis.